Selasa, 19 Mei 2015

FADHILAH ILMU, BELAJAR DAN MENGAJAR

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Hadits Tarbawi,
Dosen Pengampu : Drs. H. Abdul Basith, M.Pd I

  







Oleh kelompok III :

1.     ISBAH RUDDIN                  ( 11210362 )
2.     AFIFAH ROHMAH            ( 11210292 )
3.     ALI NADZIR                       ( 11210290 )






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALISEMBILAN (SETIA WS)

Jl. Ki Mangun Sarkoro No. 17 SEMARANG


FADHILAH ILMU, BELAJAR DAN MENGAJAR
      I.          PENDAHULUAN
Jika tidak ada ilmu di dunia ini untuk dipelajari oleh manusia, diajarkan oleh ahlinya, dan diamalkan oleh orang yang mempunyainya, niscaya tiada perbedaan antara manusia dan hewan. Karena dengan ilmulah manusia bisa keluar dari batas-batas kehewanan. Sebagaimana telah dikatakan oleh al Hasan r.a. : kalaulah tiada orang yang berilmu, niscaya jadilah manusia itu seperti hewan.[1] Keberadaan para ahli ilmu yang mengajarkan ilmunya disamping juga melakukan kewajiban menyebar ilmu, juga merupakan salah satu usaha untuk mengeluarkan manusia dari batas kehewanan kepada batas kemanusiaan.
 Ilmu bagaikan cahaya,[2] jika ilmu itu cahaya maka sudah jelas bahwa kebodohan adalah kegelapan. Karena sesungguhnya kebodohan itu tidak mengerti akan kehidupan. Seperti orang yang berjalan pada kegelapan, yang menjadikannya orang tersebut tersesat.  Maka jika seseorang tanpa ilmu itu pasti akan kesulitan untuk mengarungi kehidupan di dunia. Dikarenakan dia berjalan di dalam kegelapan.
Ilmu adalah pemberian tuhan yang khusus diberikan kepada manusia.[3] Di dalam Islam mencari Ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap mukallaf. Dalam beberapa kitab hadits banyak menyebutkan dan menerangkan tentang kewajiban menuntut, Menyebar, dan mengamalkan Ilmu. Kewajibin ini tidak lain halnya agar manusia itu bisa hidup di dunia ini dengan jalan yang terang dan menuju alam Baqa dengan mendapat ridha ilahi. Maka dari latar belakang tersebut pada makalah ini dengan memohon pertolongan Allah SWT akan dibahas tentang fadhilah Ilmu, Belajar, dan mengajar. Semoga bermanfaat, Amin.

    II.          RUMUSAN MASALAH
A.    Apa keutamaan Ilmu, belajar, & mengajar menurut hadits?
B.    Bagaimana pendapat ulama tentang ilmu, belajar dan mengajar?

  III.          TUJUAN
A.    Mengetahui hadits tentang keutamaan Ilmu, Belajar, & Mengajar.
B.    Mengetahui pendapat ulama tentang ilmu, belajar dan mengajar.

  IV.          PEMBAHASAN
A.     Hadits tentang keutamaan ilmu, belajar, & mengajar
Banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu, belajar & mengajar. Di dalam kitabnya Ihyak Ulumiddin, Imam Ghazali telah menyebutkan beberapa hadits, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.     Keutamaan ilmu
a.      Derajat yang tinggi
وقال صلى الله عليه وسلم: ( فَضْلُ العَالِمِ عَلى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلى أَدْنَى رَجُلٍ مِنْ أصْحَابِي)
Artinya : Kelebihan orang berilmu dari orang 'abid ( orang yang banyak ibadahnya ) seperti kelebihanku dari orang yang paling rendah dari shahabatku.
b.     Menjadi pewaris Anbiya’
وقال صلى الله عليه وسلم: العُلَمَاءٌ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
Artinya : Orang berilmu ulama itu adalah pewaris dari Nabi-Nabi.
Dan sudah dimaklumi, bahwa tak ada pangkat di atas pangkat kenabian dan tak ada kemuliaan di atas kemuliaan yang mewarisi pangkat tersebut.
c.      Dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi
وقال صلى الله عليه وسلم : يَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِمِ مَا فِي السَّمَوَاتِ والأرْضِ

Artinya : Isi langit dan isi bumi meminta ampun untuk orang yang berilmu.
d.     Manusia yang utama
وقال صلى الله عليه وسلم : أَفْضَلُ النَّاسِ المُؤْمِنُ العَالِمُ الَّذِي إنِ احْتِيجَ إلَيهِ نَفَعَ وَإنِ اسْتُغْنِىَ عَنهُ أغنَى نَفْسَهُ.
Artinya : Manusia yang terbaik ialah mu'min yang berilmu, jika, diperlukan dia berguna. Dan jika tidak diperlukan, maka dia dapat mengurus dirinya sendiri.
e.      Sebagai buah iman
وقال  النبي : الإِيمَانُ عُرْيَانٌ وَلبَاسُهُ التَّقْوَى وَزِيْنَتُهُ الْحَيَاءُ وَثَمْرَتُهُ العِلمُ
Artinya : Iman itu tidak berpakaian. Pakaiannya ialah taqwa, perhiasannya ialah malu dan buahnya ialah ilmu.
Nabi Saw menganalogikan keimanan dengan telanjang, orang mukmin yang masih meninggalkan akan perintah Allah dan mengerjakan apa yang Allah larang, maka orang tersebut imannya masih telanjang. Dan pengertian malu di sini bukan malu yang kita ketahui pada umumnya, namun malu ialah dimana malu meninggalkan perintah Allah, dan malu mengerjakan larangan Allah.


2.     Keutamaan belajar
a.      Belajar itu lebih baik dari pada dunia seisinya
وقال صلى الله عليه وسلم : بَابٌ مِنَ العِلمِ يَتَعَلَّمَهُ الرَّجُلُ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا.
Artinya : Suatu bab dari ilmu yang dipelajari seseorang, adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya.
Sudah jelas bahwa untuk memiliki dunia dibutuhkan belajar ilmu.

b.     Derajat yang mulia di surga
وقال صلى الله عليه وسلم : مَنْ جَاءَهُ الْمَوْتُ وَهُوَ يَطْلُبُ العِلْمَ لِيُحْيِيَ بِهِ الإِسْلَامَ فَبَينَهُ وَبَينَ الأنْبِيَاءِ فِي الجَنَّةِ دَرَجَةُ وَاحَدَةٌ.
Artinya : Barangsiapa meninggal dunia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan Nabi-Nabi dalam sorga sejauh satu tingkat.

c.       Lebih baik dari pada sholat serratus rekaat.
وقال صلى الله عليه وسلم : لِأَن تَغْدُو فَتَتَعلَّم بَابًا مِنَ العِلْمِ خَيْرٌ مِنْ أنْ تُصَلِّى مِائَةَ رَكْعَةٍ.
Artinya :Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka'at.


3.     Keutamaan mengajar
a.      Mendapat rahmat Allah dan do’a kebajikan dari makhluk
وقال صلى الله عليه وسلم : إنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلُ سَمَوَاتِهِ وَأَرْضِهِ حَتّى النَّمْلَةِ فِي حُجْرِهَا حَتَّى الحُوْت فِي البَحْرِ لَيُصَلُّوْنَ عَلى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ.
Artinya : Bahwasanya Allah swt. malaikat-malaikatNya, isi langit dan bumi Nya, sampai kepada semut di dalam lobang dan ikan di dalam laut, semuanya berdo'a kebajikan kepada orang yang mengajarkan manusia.

b.     Terhindar dari lanknat
وقال صلى الله عليه وسلم : الدُّنْيَا مَلْعُونَةُ مَلْعُوْنٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَمَا وَالَاهُ أَوْ مُعَلِّمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا
Artinya : Dunia itu terkutuk bersama isinya, selain berdzikir kepada Allah swt. dan apa yang disukai Allah atau menjadi pengajar atau pelajar.

c.      Mendapat Pahala ganda
وقال صلى الله عليه وسلم : الدَّالُ عَلى الْخَيرِ كَفَاعِلِهِ
Artinya : Menunjuk kepada kebajikan, adalah seperti mengerjakannya.


B.    Pendapat Ulama’ tentang ilmu, belajar dan mengajar
Diceritakan bahwa Syaikh Fath Al-Mushalliy bertanya kepada murid-muridnya : “Jika orang yang sakit dicegah dari makan,minum dan berobat, apakah  ia akan mati?”. Mereka menjawab :”iya, ia akan mati”. Beliau lalu berkata : “Seperti itulah hati, ketika dicegahdari ilmu dan hikmah selama tiga hari maka akan mati pula”.[4]
Apa yang dikatakan beliau ini sangatlah benar, makanan dari hati adalah ilmu dan hikmah, karena kedua hal itulah hati akan hidup. Seseorang yang diajuhkan dari ilmu maka hatinya akan sakit sehingga kematian hatinya adalah keniscayaan. Akan tetapi kebanyakan orang tidak merasakan hal ini karena hatinya terlalu cinta dan disibukkan oleh dunia sehingga ia mati rasa.
Pendapat ulama’ tentang ilmu, belajar & mengajar dalam kitab Ihyak Ulumiddin di antaranya :[5]
1.     Ibnu Abbas ra. : Disuruh pilih pada Sulaiman bin Daud as. antara ilmu, harta dan kerajaan, Maka dipilihnya ilmu, lalu dianugerahkanlah kepadanya harta dan kerajaan bersama ilmu itu"
2.     Ibnu Mas'ud ra : "Haruslah engkau berilmu sebelum ilmu itu diangkat. Diangkat ilmu adalah dengan kematian perawi-perawinya. Demi Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaanNya!. Sesungguhnya orang-orang yang syahid dalam perang sabil, lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti sebagai ulama. Karena melihat kemuliaan ulama itu. Sesungguhnya tak ada seorangpun yang dilahirkan berilmu. Karena ilmu itu adalah dengan belajar".
3.     Al-Hasan ra. : "Kalau tak adalah orang yang berilmu, niscaya jadilah manusia itu seperti hewan. Artinya : dengan mengajar, para ahli ilmu itu, mengeluarkan manusia daribatas kehewanan, kepada batas kemanusiaan ". Lalu orang menanyakan : "Bagaimanakah demikian?". Yahya menjawab : "Sebabnya, karena bapak dan ibu mereka menjaganya daripada neraka dunia, sedang para ulama menjaganya daripada neraka akhirat".
4.     Sebagian hukama : "Apabila meninggal seorang ahli ilmu maka ia ditangisi oleh ikan di dalam air dan burung di udara. Wajahnya hilang tetapi sebutannya tidak dilupakan".
5.     Berkata Abud Darda' ra : "Lebih suka aku mempelajari satu masalah, daripada mengerjakan shalat satu malam".
6.     Berkata Abud-Darda' ra. : Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan jihad, maka adalah dia orang yang kurang pikiran dan akal"
Dari beberapa pendapat di atas maka jelas bahwa ilmu itu sangat utama dan mulia. Karena ilmu itu, kehidupan hati dari kebutaan, sinar penglihatan dari kedhaliman dan tenaga badan dari kelemahan. Dengan ilmu, manusia bisa sampai ke tempat orang baik-baik dan derajat tinggi. Dengan ilmu, orang ta'at kepada Allah 'Azza wa Jalla, beribadah, bertauhid, menjadi mulia, menjadi wara' menyambung silaturrahmi dan mengetahui halal dan haram.


    V.          KESIMPULAN
A.    Keutamaan Ilmu, Belajar, & Mengajar di antaranya adalah:
1.     Keutamaan ilmu atau orang yang mempunyai ilmu.
a.      Derajat yang tinggi
b.     Menjadi pewaris Anbiya’
c.      Dimintakan ampunan oleh penduduk langit dan bumi
d.     Manusia yang utama
e.      Sebagai buah iman
2.     Keutamaan belajar
a.      Belajar itu lebih baik dari pada dunia seisinya
b.     Derajat yang mulia di surga
c.      Lebih baik dari pada sholat serratus rekaat.
3.     Keutamaan mengajar
a.      Mendapat rahmat Allah dan do’a kebajikan dari makhluk
b.     Terhindar dari lanknat
c.      Mendapat Pahala ganda
B.    Ilmu, belajar atau mengajar begitu utama, karena Ilmu merupakan kehidupan hati dari kebutaan, sinar penglihatan dari kedhaliman dan tenaga badan dari kelemahan. Dengan ilmu, hamba Allah itu, sampai ke tempat orang baik-baik dan derajat tinggi.  Dengan ilmu, orang ta'at kepada Allah 'Azza wa Jalla, beribadah, bertauhid, menjadi mulia, menjadi wara' menyambung silaturrahmi, mengetahui halal dan haram dan alin sebagainya.

  VI.          PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.



[1]              Al Ghazali, Ihya’ Ulumiddin,1, ( Beyrouth: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2005 ), Hlm.19.
[2]              Abdul Jabar, Al-Muntakhobat Fil Mahfudhot, ( Surabaya : Al-Ashriyah, ), Hlm. 6.
[3]              Al Zarjuni, Terjemah Ta’lim Al-Mutallim, ( Surabaya: Al-Hidayah ), Hlm. 4
[4]              Muhammad Jamaluddin Al-Qosimiy, Mau’idlotul Mukminin, Darul Kutub Islami.Surabaya, hlm : 9
[5]              Al Ghazali, Op. Cit. Hlm. 15-20